Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017
Malam Di Malang Hangat kopi mu malam ini Kita berbincang tentang logika dan cinta Membicarakan hal yang tak mungkin Tapi itu kita mungkin kan Apa iya jadi sarjana itu mudah? Kau jawab padaku sruput dulu kopimu Rasakan kopi itu Ya itulah rasanya jadi sarjana Pahit manis pahit manis Secangkir Kopi Hitam Panas dalam seduhan yang meniupkan aroma rasa Kopi hitam menjadi teman saat mencoba meluapkan penat Mungkin terlihat sederhana Tapi ketika kau selami lebih dalam rasanya nikmat Sama saat aku mengenalmu wanita Kini hatiku sudah tertambat Angkringan Duduk bersila di pinggir jalan Menikmati sajian ala restoran jalanan Kunikmati satu persatu kudapan Mulai dari kopi hingga nasi bantingan Bukan rasa kenyang Tapi kebersamaan bersamamu kawan Kita nikmati yang kelak ini akan jadi kenangan
Kritik Sosial Ala Silampukau Dunia musik Indonesia sering kita dengar lagu-lagu musisi Indonesia yang memabukkan kita pada romansa asmara apapun genre musik yang mereka usung. Lagu-lagu asmara yang membius kita sebagai penikmat musik yang terkadang kita terbawa pada alunan lagu-lagu asmara pada perasaan kita. Terbius oleh indah dan perihnya cinta ala kaum muda yang dimabuk asmara atau lagu-lagu klasik tentang cinta yang mengingatkan kita pada romansa cinta di masa lalu menjadi konsumsi kita sehari-hari ketika mendengarkan musk. Lagu-lagu kritik sosial yang dibawakan oleh musisi seperti Iwan Fals atau Gombloh kini mulai urung atau jarang kita dengar. Silampukau band folk asal kota Surabaya yang digawangi oleh Eki dan Kharis menyajikan kembali musik dengan lagu-lagu bertema  kritik sosial yang mereka angkat dari kehidupan masyarakat Kota Surabaya. Alunan gitar dan lirik lagu sederhana mampu membuat kita terbawa dalam alunan lagu Silampukau yang menceritakan sebuah realitas