Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2019

ZONASI: POTRET KESENJANGAN PEMERATAAN PENDIDIKAN

Beberapa headline surat kabar banyak menyoroti kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ini dengan  sistem zonasi. Sistem yang sebenarnya sudah berjalan sejak tahun lalu dan telah diatur pedoman pelaksanaannya dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 51 Tahun 2018. Pro kontra yang terjadi di masyarakat tentang PPDB berbasis zonasi, sejatinya merupakan masalah ‘ gunung es ’  yang terjadi pada pendidikan di Indonesia yang muncul ke permukaan. Stigma antara sekolah favorit dan non favorit di masyarakat telah terjadi sejak lama. Pandangan bahwa anak diterima di sekolah favorit akan menjadi kebanggaan tersendiri dan akan membuat masa depan anak cemerlang dalam urusan karier ke depan. Jika ditarik benang merahnya, masalah sesungguhnya dari adanya label sekolah favorit dan non favorit tersebut ada karena kesenjangaan kualitas sekolah. Baik dari sisi sarana prasarana maupun kualitas guru dan pembelajaran yang ada di sekolah. Karena jika mengacu pa

Penyair Pemilih Jalan Sunyi

Ilustrasi/ Google Apa ada angin di Jakarta Seperti dilepas desa melati Apa cintaku bisa lagi cari Akar bukit wonosari Yang diam di dasar jiwaku Terlontar jauh ke sudut kota Kenangkanlah jua yang celaka Orang usiran kota raya Pulanglah ke desa Membangun esok hari Kembali ke huma berhati Demikian puisi apa ada angin di Jakarta yang ditulis oleh salah satu sastrawan dan penyair yang namanya awam didengar khalayak umum. Umbu Landu Paranggi adalah nama penulis dari sajak tersebut. Awal perkenalan dengan Umbu, waktu ngopi sore-sore bersama Mas Rian dan Bambang. Dari Mas Rian lah saya banyak mendengar kisah tentang Umbu. Rasa penasaran menuntun saya untuk mencari informasi apapun tentang Umbu. Kanal youtube menjadi pilihan, banyak referensi tentang Umbu. Dari tentang kisahnya sebagai penyair pemilih jalan sunyi sampai kisah nya dengan   budayawan, Emha Ainun Najib   atau yang akrab kita sapa sebagai Cak Nun. Mereka berdua memiliki hubungan ikatan batin

Berharap Pada Ombak

Sehimpun pesan telah tergulung ombak pantai Pergi bersama angin yang berhembus menemani ombak pantai pergi Tepat setelah fajar mulai menampakkan diri Tergulung bersama ombak, pesan-pesan yang selama ini berkecamuk dalam relung Ia pergi mengurai kenangan demi kenangan Lalu menyisipkan satu persatu di batu karang dan lekas ia tinggalkan Dalam jarak samudera yang luas Terbentang pula harap tuk berbalas Tinggal menunggu angin muson barat Kembali membawa balasan pesan itu Ke tepian pantai bersama ombak 2019

Ziarah

Perjalanan untuk mengenang siapa yang terkenang Bukan karena masa lalu  mencipta memori di kepala Namun, tentang cinta terwujud dalam doa Meneladani kebajikan dari mereka yang telah meninggalkan Segenggam bunga mawar dan lantunan doa Menuju mereka yang telah berbahagia di sana 2019

Ziarah

Perjalanan untuk mengenang siapa yang terkenang Bukan karena masa lalu  mencipta memori di kepala Namun, tentang cinta terwujud dalam doa Meneladani kebajikan dari mereka yang telah meninggalkan Segenggam bunga mawar dan lantunan doa Menuju mereka yang telah berbahagia di sana 2019