Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Patah Hati

                                                                Ilustrasi/Pexels.com Menulis kata patah hati sebenarnya berat, terpaksa kembali mengingat memori yang menyakitkan selain disunat. Patah hatui sebenarnya hal biasa. Kita yang melebih-lebihkan, bagaimana tidak bisa lebih dalam mencintai pasangan. Tak ada parameter yang jelas seperti apa dosis dicintai dan mencintai itu. Terbuai membaca kata-kata Kahlil Gibran, terbuai oleh rayu puisi Hujan Di Bulan Juni milik Sapardi. Akhirnya kita tenggelam dalam puisi Sia-Sia karya Chairil. Suatu pagi ditengah situasi pandemi, dimana raga tak boleh pergi namun pikiran tak dapat berdiam diri. Youtube menjadi alternatif tontonan bagi anak kos miskin kuota dan wifi.  Tentang patah hati ternyata tak serta merta harus lekas mencari pengganti. Justru kita menambah luka untuk orang lain, menyalurkan emosi yang belum tuntas tentang dia ke dia. Sungguh tak mengenakan, mengisi hari-hari dengan tangis dan kesedihan. Sementara kita

Pandemi dan Urgensi Kurikulum Darurat

                                                               Ilustrasi/Pexels.com           Sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama warga Indonesia yang positif terpapar virus corona pada 2 Maret lalu. Kondisi pandemi virus covid 19 begitu masif dimana dari hari ke hari terus mengalami peningkatan. Hingga 3 tulisan ini ditulis, angka masyarakat yang positif terpapar virus tersebut menembus angka 20 ribu lebih. Situasi tanggap darurat pandemi covid 19 yang dikeluarkan pemerintah sejak pertengahan Maret lalu melalui himbauan social distancing, physical distancing, di rumah aja, hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berdampak kepada semua bidang.            Salah satunya bidang pendidikan, himbauan untuk belajar atau kuliah di rumah saja. Ternyata juga tak semudah mengubah tatap muka di ruang kelas menjadi tatap layar di rumah masing-masing. Permasalahan baru justru muncul usai kebijakan belajar di rumah ditetapkan. Mulai ketidaksiapan guru dalam

Seperti Apa Kita Setelah Pandemi ?

                                                                    Ilustrasi/Pexels.com  Sudah hampir tiga bulan kita terkurung dalam situasi yang tidak terduga dan tidak mengenakan bernama pandemi virus covid 19. Virus yang semula berkembang di Wuhan, Tiongkok kini berubah menjadi wabah global. Bukan hanya virus nya yang menakutkan dengan angka kematian yang cukup tinggi. Pemberitaan media massa dan juga hoax tentang virus itu menambah suasana begitu mencekam dan hidup dilanda ketakutan.  Rasa itu yang menurut Ernes Becker (1974) dalam bukunya yang berjudul The Denial of Death . Menjelaskan jika sejatinya manusia tak bisa dilepaskan dari rasa kecemasan dan ketakutan akan kematian. Dalam sebuah teori yang bernama Teori Manajemen Terror (TMT) dimana sepanjang hidup manusia selalu dilanda oleh kecemasan tentang kehidupan yang mereka jalani. Kesepian dan kematian merupakan obyek dari kecemasan yang dirasakan oleh manusia. Seperti saat ini manusia diliputi kecemasan akan kem