Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Apa Sih Yang Bisa Dilakukan Dengan Gaya Hidup Zero Waste

                                                              Ilustrasi/Pexels.com I su lingkungan saat ini menjadi sebuah isu hangat yang marak diperbincangkan. Isu perubahan gaya hidup masyarakat soal sampah, dimana masalah sampah menjadi ancaman serius. dari masalah soal sampah terutama sampah plastik, kemudian rame kampanye tentang gaya hidup zero waste . perubahan gaya hidup masyarakat yang diharapkan mulai mengurangi penggunaan sampah plastik. seperti tidak menggunakan kantong plastik saat belanja, dan diganti dengan totebag ramah lingkungan yang dapat digunakan berkali-kali untuk belanja.kemudian penggunaan botol tumblr sebagai pengganti botol plastik sekali pakai untuk kemasan air minum.  Nah, gaya hidup ini sepertinya mudah diterapkan. kalau dilihat dari konten-konten tentang pola gaya hidup zero waste, mudah banget buat diterapin. e itss , sebenarnya merubah gaya hidup itu enggak mudah pastinya butuh waktu untuk step by step merubah kebiasaan. sebagai bahan obro

Aku Adalah Musafir

Aku adalah pengembara Merangkai jejak langka  Dalam aksara Buku catatan di ransel ku Telah menyimpan banyak cerita Esok akan aku ceritakan  Saat kita habiskan waktu berdua Menikmati kopi dan teh Tentang dua selera kita yang tak sama Namun kita bicarakan hangat di meja yang sama Tunggu aku, Sedang ku nikmati perjalanan ini Sampai tiba waktunya aku pulang Menuju ke ruang rasa mu 2019

Mengeja Rasa

Segala sesuatu adalah tentang apa dan mengapa Selalu menghasilkan kalimat tanya Tentang jumpa Tentang rasa Ah, Semua memang nampak fana Pada akhirnya aku selalu salah Mengartikan sebuah maksud Ku menangkap bayang mu Bukan hati mu Aku selalu cepat berprasangka, Pada akhirnya semua salah Bunga-bunga itu baru bersemi Dan patah bersama aroma wangi Yang telah pergi 2019

Para Pekerja Pagi

Fajar hendak menarik selimut Orang-orang yang masih terlelap diatas kasur. Sebagian orang itu telah terbangun Memecah kesunyian pagi. Mulai beranjak menghitung rupiah Pasar Mergan mulai ramai lalu lalang pedagang. Tukang parkir mulai memberi instruksi dengan suara peluitnya yang khas. Menarik dua ribu ke dalam saku rompi Warung mulai menggelar menu sarapan. Udara Malang begitu dingin di pagi itu, Hingga sebagian orang masih enggan terbangun. Otot-otot mereka masih kaku untuk diajak bekerja. Sedang otot-otot lain mulai merasa pegal dengan kaki-kaki yang terus berjalan. Dari sana ke sini. Kerja, Bukan sekedar kata, ia tertuang dalam langkah Berbahagialah mereka para pekerja

Pesan Untuk Saudaraku

Saudaraku, Semoga salah paham ini lekas usai Tak ada lagi amarah Saudaraku, Aku ingin memeluk mu dengan cinta Tak ingin ada pertumpahan darah Segala perbedaan tentang kita, Untuk saling melengkapi sebagai saudara Tanah yang kita tinggali juga sama Budaya memperkaya kita Saudaraku, Kita bersaudara, semua anak bangsa Salam penuh kasih untuk mu saudaraku

Bersua

Halo, Lama sudah aku tak menyapa ruang ini Mungkin usang, semoga saja tidak begitu Sedang terdiam dalam kebingungan Atau tenggelam dalam dunia Maya Entah, begitu ku tulis selarik kata-kata ini Ada rindu yang telah ku bayar tuntas Ku tepis sudah segala gelisah pikiran Kini kembali ku menyapa dalam tulisan Bersediakah kau untuk membaca kawan Semoga ini dapat menemani mu menikmati hari Menyeruput kopi atau sendiri menikmati sepi Selamat membaca ya, terimakasih

ZONASI: POTRET KESENJANGAN PEMERATAAN PENDIDIKAN

Beberapa headline surat kabar banyak menyoroti kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ini dengan  sistem zonasi. Sistem yang sebenarnya sudah berjalan sejak tahun lalu dan telah diatur pedoman pelaksanaannya dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 51 Tahun 2018. Pro kontra yang terjadi di masyarakat tentang PPDB berbasis zonasi, sejatinya merupakan masalah ‘ gunung es ’  yang terjadi pada pendidikan di Indonesia yang muncul ke permukaan. Stigma antara sekolah favorit dan non favorit di masyarakat telah terjadi sejak lama. Pandangan bahwa anak diterima di sekolah favorit akan menjadi kebanggaan tersendiri dan akan membuat masa depan anak cemerlang dalam urusan karier ke depan. Jika ditarik benang merahnya, masalah sesungguhnya dari adanya label sekolah favorit dan non favorit tersebut ada karena kesenjangaan kualitas sekolah. Baik dari sisi sarana prasarana maupun kualitas guru dan pembelajaran yang ada di sekolah. Karena jika mengacu pa

Penyair Pemilih Jalan Sunyi

Ilustrasi/ Google Apa ada angin di Jakarta Seperti dilepas desa melati Apa cintaku bisa lagi cari Akar bukit wonosari Yang diam di dasar jiwaku Terlontar jauh ke sudut kota Kenangkanlah jua yang celaka Orang usiran kota raya Pulanglah ke desa Membangun esok hari Kembali ke huma berhati Demikian puisi apa ada angin di Jakarta yang ditulis oleh salah satu sastrawan dan penyair yang namanya awam didengar khalayak umum. Umbu Landu Paranggi adalah nama penulis dari sajak tersebut. Awal perkenalan dengan Umbu, waktu ngopi sore-sore bersama Mas Rian dan Bambang. Dari Mas Rian lah saya banyak mendengar kisah tentang Umbu. Rasa penasaran menuntun saya untuk mencari informasi apapun tentang Umbu. Kanal youtube menjadi pilihan, banyak referensi tentang Umbu. Dari tentang kisahnya sebagai penyair pemilih jalan sunyi sampai kisah nya dengan   budayawan, Emha Ainun Najib   atau yang akrab kita sapa sebagai Cak Nun. Mereka berdua memiliki hubungan ikatan batin

Berharap Pada Ombak

Sehimpun pesan telah tergulung ombak pantai Pergi bersama angin yang berhembus menemani ombak pantai pergi Tepat setelah fajar mulai menampakkan diri Tergulung bersama ombak, pesan-pesan yang selama ini berkecamuk dalam relung Ia pergi mengurai kenangan demi kenangan Lalu menyisipkan satu persatu di batu karang dan lekas ia tinggalkan Dalam jarak samudera yang luas Terbentang pula harap tuk berbalas Tinggal menunggu angin muson barat Kembali membawa balasan pesan itu Ke tepian pantai bersama ombak 2019

Ziarah

Perjalanan untuk mengenang siapa yang terkenang Bukan karena masa lalu  mencipta memori di kepala Namun, tentang cinta terwujud dalam doa Meneladani kebajikan dari mereka yang telah meninggalkan Segenggam bunga mawar dan lantunan doa Menuju mereka yang telah berbahagia di sana 2019

Ziarah

Perjalanan untuk mengenang siapa yang terkenang Bukan karena masa lalu  mencipta memori di kepala Namun, tentang cinta terwujud dalam doa Meneladani kebajikan dari mereka yang telah meninggalkan Segenggam bunga mawar dan lantunan doa Menuju mereka yang telah berbahagia di sana 2019

Beda Doa Sarjana dan Mahasiswa

Mahasiswa meminta pada Gusti "Duh Gusti saya pengen segera lulus lekas wisuda dan IPK saya tinggi" Lalu di sebelahnya ada sarjana meminta juga pada Gusti Dengan suara melas dan wajah yang penuh iba Sarjana itu meminta " Gusti hamba butuh pekerjaan untuk modal usaha, kawinan, beli rumah, beli sepatu yang bagus, dll. Hamba lelah menunggu konfirmasi email lowongan kerja hingga keliling menyebar map cokelat Gusti " Di sebelah nya lagi ada orang tua dengan sabar meminta "Gusti kuatkanlah hamba dalam bekerja berilah hamba rezeki agar anak hamba bisa terus sekolah" Demikianlah cerita sambat dengan cerita mereka yang mau berusaha Demikianlah bab hidup dalam dunia nyata yang terasa fana 2019

Malam Ini

Suasana makin sunyi, Udara semakin dingin Setelah menjalankan ibadah Ada sesuatu yang membuat ku gelisah Entah itu apa, Dalam suasana sepi ini, nampaknya mengingat mu dalam bait-bait puisi Tersimpan dengan rapi di folder laptop Cocok mengisi malam ini sambil menjelang tiba nya pagi 2019

Ramadhan Di Rumah

Ramadhan Di Rumah Ibu sudah sedari pagi buta bangun lebih awal Aroma masakan ibu menusuk hidung dari tubuh yang sedang terlelap tidur Setelah semua siap, suara alarm handphone masing-masing berbunyi masih sulit tuk bangun Kecuali suara ibu, membangunkan satu persatu penghuni rumah Nikmatilah pagi itu makan sahur bersama di meja makan rumah Begitu pula saat menunggu buka puasa Cerita saat jauh di rumah menjadi obrolan penunggu kumandang adzan tiba Kemudian suasana menjadi gembira begitu adzan berkumandang, menikmati kolak dan takjil masakan ibu

Temu

Aku telah tiba di selasar ruang, perlahan kau buka Aku telah melalui perjalanan panjang berkelana sebagai musafir Jalan terus menuntun ku menuju ruang itu Sebagai tempat untuk ku pulang dari perjalanan yang panjang

Sepucuk Surat Pada Chairil

Sampai jadi debu.. Mengiringi setiap perjalanan dari siapa menjadi siapa Dari ada menjadi tiada Aku ini binatang jalang.. Kumpulan harapan dari mereka yang terbuang Dari harapan yang masih menyala Bagi mereka yang menyalakan api Derai-derai Cemara Mengantarkan aksara menembus batas Menembus ruang dan waktu Mendobrak segala aturan yang mengekang Selamat Hari Puisi Nasional Tepat di tanggal engkau meninggalkan jejak, Chairil. 2019

Wujud Kultur Daerah Dalam Bingkai Fanatisme Sepak Bola

Sepak bola merupakan cabang olahraga yang begitu global. Perkembangan sepak bola saat ini telah menjadi sebuah industri. Dibalik esensi sepak bola itu sendiri ternyata banyak faktor yang mempengaruhi olahraga sebelas lawan sebelas tersebut dapat diterima di masyarakat bahkan menjadi sebuah identitas kedaerahaan. Kita akan membicarakan konteks sepak bola dalam tataran kultur masyarakat yang ada di Indonesia. Masyarakat Indonesia dikenal dengan animo sepak bola yang luar biasa bahkan mungkin lebih ‘Gibol’ gila bola ketimbang negara Brazil, negara peraih lima kali trofi Piala Dunia. Membicarakan sepak bola tanah air tentu tak lepas dari sejarah berkembangnya sepak bola di Indonesia. Di era kolonial Belanda, sepak bola merupakan simbol perlawanan pribumi terhadap pemerintahan kolonial. Sampai berdirinya Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) pada 1930. Semangat itulah yang kemudian berkembang menjadi semangat untuk menunjukkan eksistensi kedaerahan yang dapat kita lihat pada klub-klub yan

Duh Gusti

Apa sarjana harus seperti ini.kesana kemari membawa setumpuk berkas yang aku sendiri tak tau apa ini berguna. Apa ruang kuliah hanya mengajarkan ku untuk membawa berkas ini kesana. Terukur dengan harta yang sekedar memuaskan gosip para tetangga. Filsafat, teori, dan diskusi justru membuatku masuk ke dalam sangkar dan aku adalah burung yang bisa berkicau tapi tak bisa terbang. Apa aku hanya akan menjadi pajangan dengan gelar di belakang nama yang menjadi obyek omongan mereka. Duh Gusti

Hujan dan Kota

Kota ini hujan terus sedari pagi Udara begitu dingin Jalan kota terlihat basah Lalu lalang orang tak seperti biasanya Banyak yang berteduh di rumah masing-masing Ada yang berteduh di pinggir jalan terjebak hujan Ya demikianlah hujan yang terlihat meneduhkan kadang juga menyebalkan Selalu saja terjebak pada asumsi cerita tentang hujan

Jangan Lupa Pulang

Sejauh mana kau pergi Ada waktu dimana kau harus kembali Kembali menikmati peluk hangat keluarga Dari secangkir teh yang dinikmati bersama Semoga kau tak menjadi pengembara yang tak tau arah Karena tempat terbaik untuk berteduh adalah rumah Nikmatilah waktu mengembara mu dengan cerita-cerita baru Hingga saat dirimu kembali akan banyak cerita yang kau bagi BRS,

Bagus Sutopo, Panggilan Baru?

Hari Rabu di akhir Februari 2019, suasana Kota Malang seperti biasanya. mendung, seduh, sedih, sedang dengan suasana tegang. suasana yang tercipta saat akan maju presentasi proposal tesis, ya meski sudah pernah mengalami seminar yang sama waktu kuliah S1 dulu, entah mengapa terbawa suasana tegang. nampaknya potret pendidikan di Indonesia begitu tegang itu benar. sudah, tak perlu membahas itu biarlah itu menjadi kajian di ruang diskusi ilmiah saja. guna melepas tegang pria berzodiak gemini melepas ketegangan dengan bercanda meski terkesan garing. Baru saja teman yang lain presentasi, tiba jua waktu presentasi di kloter terakhir di jadwal presentasi hari itu. menyampaikan judul diawal saja sudah kikuk, sebutan 'Calon" untuk rencana proposal mendapat interupsi dari dosen. "Calon, masih calon kamu kira apa saja kok calon" tak perlu dipertegas, maksud nya adalah mengarah pada pernikahan lebih tepatnya calon istri. efek jomblo mungkin jadi terbawa suasana tapi sebena

Aku

                                                             Ilustrasi/Pexels.Com Langkah tertatih, namun urung jua ia berhenti Masih saja ingin terngiang dan melakat dalam sekat-sekat kepala Makin lama ia makin tercekat, entah mengapa ia begitu kuat Ia begitu kuat ditempa dari cobaan dan cercaan  Sedang hanya hujan yang mampu membuatnya tenang  Bersama sebuah senyuman yang berupa bayang-bayang Itulah aku, yang kau tau

Dalam Sebuah Jarak

Dalam sebuah perjalanan ini. Masihkah kau ingat tentang cerita yang masih kau cari. Tentang jarak hanyalah sebagai hitungan angka, tentang rindu yang berwujud doa-doa. Dalam sebuah perjumpaan, bukan hanya teh yang kita tuang dalam cangkir namun juga cerita-cerita lalu yang membuat kita saling berbagi tawa. Rupanya jarak telah mampu melipat rindu menjadi obrolan pertemuan. Tentu jarak pula yang akan kembali memisahkan kita dalam hitungan angka dan kembali mengukir cerita baru dengan kata-kata.

Waktu

Waktu berjalan semakin maju Tak kuharap ada sesal mengingat yang telah berlalu Biarlah ia menjadi cerita yang dapat ku tulis dalam buku Hingga suatu saat akan ku baca kembali isi cerita di buku itu

Hoam...Hoaks (Lagi)

Hoaks lagi dan lagi, baru-baru ini muncul berita hoaks jelang Pilpres 2019 tentang tujuh kontainer yang berisi surat suara yang sudah dicoblos di nomor salah satu pasangan capres dan cawapres. Seolah hoaks sudah menjadi penyakit kronis di negeri ini. Anehnya berita hoaks dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk kepentingan pribadi. Kita tengok saja penagkapan Saracen pada 2018 lalu yang memproduksi berita hoaks sebagai sebuah komoditas yang membawa dampak ekonomi bagi si pembuat dan penyebar berita hoaks. Kalau ditarik ke belakang, berita hoaks ini mulai menjamur sejak kontestasi politik 2014. Dimana saat itu bahkan hingga saat ini dampaknya masih terasa yakni lahirnya kelompok identitas di masyarakat yang acapkali dikelompokkan menjadi dua kelompok, kelompok cebong dan kelompok kampret. Hoaks mampu menemukan pangsa pasarnya karena budaya masyarakat yang cenderung lebih suka melihat dan mendengar ketimbang membaca dan mencari tahu suatu sumber kebenaran informasi yang diterim

Catatan Kecil Dari Blora

Entah, Tuhan sudah mengatur segalanya tanpa sengaja. Tanggal 29 Desember 2018, saya menjelajah daerah yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Blora, semula hanya sebatas tau bahwa Blora adalah salah satu kabupaten yang termasuk wilayah Jawa Tengah. Ternyata Blora dalah tempat dimana salah satu sastrawan besar Indonesia lahir dan menutup usia disana, Pramoedya Ananta Toer. Siapa yang tak mengenal nama pria yang akrab disapa Pram itu, penulis novel legendaris Bumi Manusia yang sebentar lagi akan dirilis versi film layar lebar arahan sutradara Hanung Bramantyo dan beberapa karya besar lainnya. Bermula dari perbincangan di teras rumah teman saya bernama Bambang Suprapto bersama salah satu senior di kampus, Mas Rian. Kami bertiga ngobrol tentang liburan yang gitu-gitu aja. Akhirnya muncul ide liar untuk berpetualang sekalian belajar makna tentang hidup dari orang-orang yang akan kami temui di perjalanan nanti. Tujuan iseng dari obrolan kami menemukan tujuan bernama Perpustakaan Pataba