Pagi ini cuaca sedikit mendung, entah mengapa selepas sarapan dan duduk di meja makan sambil termangu memikirkan studi yang tak kunjung selesai. Tiba-tiba ingin mengunjungi toko buku. Ya, sudah lama sekali rasanya tidak ke toko buku di kota dingin ini. Sejak bekerja, sepertinya aku memiliki ritual baru yakni berkunjung dan membeli buku setiap satu bulan sekali. Terkecuali masa awal pandemi kemarin, aku mulai mencoba membeli buku secara online yang sebelumnya tak pernah ku lakukan.
Setelah segelas kopi susu ku nikmati, dan motor telah aku panasi mesinnya. Berangkat lah aku ke toko buku yang biasa menjadi jujukan saat membeli buku semasa kuliah S1 dulu. Pukul 09.00 WIB tepat, aku sudah tiba di toko buku yang sudah buka. Halaman parkir motor sepi dan hanya ada Pak Jukir yang mengarahkan motorku ke tempat parkir. "Kiri mas kiri, ojok dikunci stang yo," ucap Pak Jukir dari bawah pohon kresen atau cherry yang jamak diketahui orang.
Sebutan "new normal", yang menurut ku lebih baik menyebutnya dengan normal saja agar tak terkena sindrom psikosomatis yang berlebihan. Sebelum masuk mencuci tangan terlebih dahulu mengikuti protokol kesehatan yang berlaku. Senyum mbak kasir dan mas penitipan barang menyapa kedatangan ku yang mengenakan kaos oblong dan sandal jepit. Dimana biasanya datang ke toko itu dengan bersepatu dan berpakaian necis biar dikira anak senja dan kopi wkwkwk, bercanda ya jangan dibuat serius teman.
Suasana toko nampak sepi, hanya ada tiga orang pelanggan termasuk aku. Sibuk kesana kemari, mengunjungi rak demi rak, melihat judul, melihat sinopsis, dan tentunya melihat harga buku. Kalau aku selalu melihat judul dan harga buku maklum disesuaikan dengan kapasitas isi dompet. Lalu, ada beberapa pegawai toko yang nampak begitu sibuk, tak seperti biasanya.
Rupanya ada seekor tikus masuk ke toko buku dan takut si tikus menjadi penikmat buku juga seperti manusia tapi dalam konteks yang lain, ahahhaa. Ada seorang bapak bertanya ke pegawai buku yang terlihat masih muda. "Ndek ndi tikus e, obat e tak deleh pojok-pojok ae," kata bapak itu. Si petugas hanya menjawab singkat, "iyo pak," jawabnya sembari mengamati pergerakan pengunjung. Ya cuma tiga orang termasuk aku, yang saat itu sibuk mencari buku karena bingung mau baca buku apa karena kebetulan hari itu aku ke toko buku tanpa referensi buku incaran, tak seperti biasanya.
Rak demi rak kususuri di toko buku yang semula sebelum ada pandemi begitu ramai dan terkenal karena diskonannya. Akhirnya tiba di rak buku sastra, satu persatu buku ku lihat ada beberapa yang menarik. tapi kurang mantab di hati, ada yang pas tapi budget masih belum mumpuni. Hingga ku temukan buku berjudul The Old Man And The Sea karya Ernest Hemingway. Melihat buku itu aku jadi teringat penulis Dea Anugrah yang menyebut buku itu adalah buku favoritnya dan inspirasinya dalam menulis. Ku baca sinopsisnya dan makin penasaran dengan tulisan buku itu. Dalam benakku apa isi buku ini hingga jadi buku favorit Dea.
Kebetulan harganya pas, bergegas ke kasir dan segera ingin pulang membacanya. Senyum dan sapa mbak kasir menerima buku yang ku sodorkan padanya. "Diskonnya hanya 10% ya mas, mau pake kresek atau langsung dibawa," ucap mbak kasir yang mematuhi standar pelayanan pengunjung dengan baik itu. "Bawa langsung aja mbk," jawabku karena kebetulan bukunya tak terlalu besar dan cukup di waistbag ku. Buku sudah aman, waktunya untuk pulang dan seperti biasa, dua ribu rupiah sudah aku siapkan untuk jasa titip sepeda motor sementara waktu. Pak jukir hanya tersenyum tanpa ada sepatah kata keluar dari bibirnya, tak seperti biasanya.
Ke toko buku hari ini terasa asing entah aku yang terlalu kepagian atau karena pandemi. Suasana nampak sepi tak ada riuh pengunjung seperti bulan lalu saat aku terakhir berkunjung ke toko buku itu. Pagebluk sepertinya menjadi seleksi bagi toko buku konvensional apakah tetap bisa bertahan di era pasar yang berbasis digital dan didukung situasi pandemi yang menganjurkan untuk di rumah aja. Tapi aku tetap merakan romantisme belanja di toko buku konvensional. Dimana aku bisa melihat bukunya secara fisik dan sekalian olahraga kecil-kecilan dengan mondar mandir depan rak. Ya semoga saja lekas normal. Terimakasih teman, sudah membaca catatan harian kecil ini.
Komentar
Posting Komentar