Pendidikan Yang Berbasis Nilai Atau Nilai Yang
Berbasis Pendidikan ?
Tulisan ini bukanlah
menyinggung atau mengkritik pada siapapun. Tulisan ini ditulis oleh penulis
berdasarkan argumen penulis tentang pendidikan yang terjadi di Indonesia dan
realita di sekolah tetapi (mungkin) semuanya tidak seperti argument penulis.
Pendidikan pada hakikatnya adalah sebagai upaya memanusiakan manusia jika
dikaitkan dengan pendapat Ki Hajar Dewantara tentang filsafat pendidikan yaitu
cipta, karsa, dan karya maka dapat disimpulkan secara sederhana makna dari
sebuah pendidikan adalah merubah pola pikir manusia sesuai dengan
perkembangannya artinya melalui pendidikan manusia dibantu untuk berfikir
sebagaimana mestinya mempersiapkan manusia menjadi manusia yang peka terhadap
lingkungan sekitar dan mampu berfikir logis. Karsa, pendidikan sebagai sarana
manusia untuk “mengasah” hati untuk memiliki kepekaan sosial dan kontrol diri
manusia itu sendiri mengingat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling
bergantung satu sama lain. Selain itu pendidikan juga sebagai upaya manusia
untuk memiliki motivasi berkembang membangun jati diri sebagai manusia yaitu
makhluk yang paling sempurna ciptaan Allah.
Karya, pendidikan adalah
fasilitas bagi manusia terkait bagaimana manusia itu mau dan mampu bertindak
lalu menciptakan hal yang bermanfaat bagi manusia lain sesuai dengan bakat dan
minat manusia. Minat sebagai dasar kemauan manusia untuk memilih bidang yang ia
senangi maka manusia harus telaten mengembangkan disiplin bidang yang ia pilih
agar ia mampu menciptakan hal yang bermanfaat bagi manusia lain sedangkan bakat
adalah kemampuan yang dimiliki manusia sejak lahir baik berdasarkan genetis
maupun lingkungan dan bakat membutuhkan manusia lain yaitu guru untuk mengasah
dan mengarahkan bakat tiap individu yang berbeda-beda. Lalu bagaimana
pendidikan di negara kita? Lihat saja apa yang menjadi tolok ukur manusia
dikatakan sukses adalah angka. Darimana angka itu ada tentu saja dari proses
belajar. Angka atau nilai sering kali menjadi hakim bagi manusia dikatakan pintar
atau bodoh. Namun didalam proses belajar angka menjadi tolok ukur kemampuan
tapi kemampuan manusia dengan manusia lain tentu berbeda. Manusia yang pintar
matematika dikatakan pintar matematika sedangkan manusia yang tidak memiliki
minat pada ilmu matematika dikatakan bodoh. Apakah demikian pendidikan kita
harusnya tidak karena setiap manusia itu unik yang tadi telah disinggung oleh
penulis yaitu minat dan bakat.
Pendidikan kita harus
mengkonsep bahwa nilai bukanlah soal angka saja namun bagaimana pendidikan itu
mampu menciptakan nilai kehidupan bagi manusia. Artinya melalui pendidikan
manusia memiliki nilai yang kuat tentang aturan-aturan sosial di masyarakat.
Kuat secara konsep berfikir, memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukan hal
yang positif di masyarakat, dan bertindak dan berkarya sesuai dengan nilai yang
berlaku di masyarakat. Pendidikan bukan hanya menciptakan manusia yang kuat
secara intelektual tapi rendah moral. Pendidikan hendaknya menciptakan insan
manusia yang kuat secara intelektual, moral, mental, dan spiritual. Salah satu
caranya adalah menciptakan pendidikan dengan dasar kurikulum yang kuat yaitu
kurikulum yang berbasis pada nilai-nilai luhur budaya bangsa yang diintegrasikan
dalam mata pelajaran tanpa embel-embel bahwa nilai secara angka adalah ukuran
mutlak kepandaian seorang manusia. Proses pembelajaran harus benar-benar
terjadi dua arah artinya guru membimbing di sekolah dan murid belajar pada
lingkungan sekitar jangan hanya sumber belajar berpusat pada guru. Guru sebagai
orang terdidik jangan sampai menganakan tirikan mereka yang dianggap bodoh pada
dasarnya tidak ada manusia yang bodoh hanya minat dan bakat setiap manusia
berbeda-beda dan itu perlu diasah. Angka sebagai bentuk dari nilai maka itu
adalah hasil dari sebuah proses jika proses pembelajaran berjalan dengan benar
maka hasil tidak akan memungkiri usaha.
Jika sudah berjalan
sebagaimana mestinya akan terciptalah manusia yang berfikiran inovatif dan
logis, tangguh, jujur, dan memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam
pembangunan bangsa. Manusia sebagai pebelajar haruslah memiliki hak yang sama
menikmati akses pendidikan jangan sampai hak manusia menikmati pendidikan
hilang karena aturan-aturan hitam diatas putih. Berikan akses mereka untuk
bersekolah dengan mudah lalu pembelajaran yang berbasis manusia dan itu menjadi
tanggung jawab pemangku kebijakan. Secara sederhana pendidikan itu sepanjang
hayat jika berorientasi pada nilai maka pendidikan harus mampu menciptakan
manusia yang bernilai baik secara pemikiran, keinginan, dan tindakan. (RAS)
Komentar
Posting Komentar