Langsung ke konten utama

Memulai, Bukan Soal Bisa Atau Tidak Namun Soal Konsisten

Pernah suatu ketika waktu itu saya ngobrol dengan teman saya tentang rencana setelah kuliah. Banyak yang kita bicarakan tentang rencana kerja, membuka usaha, dan lanjut studi pasca sarjana. Soal mencari kerja tentu banyak yang kita bahas terutama soal disiplin keilmuan yang dipelajari selama empat tahun dengan kebutuhan di dunia kerja.

Kalau kata orang Jawa kehidupan setelah menjadi sarjana itu njelimet, kadang kita mencari kerja asal kerja aja enggak sesuai dengan latar belakang keilmuan waktu kuliah. Contoh saya sendiri berbekal ilmu Administrasi Pendidikan saya mencoba bekerja di penerbitan buku, tentor les privat, penulis lepas, sampai yang terakhir jurnalis. Semuanya berawal dari hobi yang saya coba menjadi bekal melamar pekerjaan.

Apakah saya berhasil? Saya rasa belum merasakan rasa puas dari setiap pekerjaan yang saya lakukan. Faktor beradptasi dari dunia mahasiswa ke dunia kerja ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menemukan kata cocok dan pas. Kadang saya berfikir juga, latar belakang saya sebagai seorang Administrasi Pendidikan kenapa saya tidak berkecimpung di dunia pendidikan.

Sebuah pertanyaan yang membuat saya mati kutu pernah dilontarkan oleh salah satu wakil redaksi Harian Kompas ketika saya interview di  Kantor Harian Kompas Surabaya. “Kamu orang pendidikan kenapa tidak terjun di pendidikan sekarang pendidikan sedang membutuhkan banyak tenaga pendidik dan kependidikan” katanya waktu itu dan mohon maaf saya lupa nama beliau.

Tentu pertanyaan itu membuat saya diam dan berfikir kenapa saya tidak memilih untuk berkecimpung di dunia pendidikan dengan bekal seorang administrasi pendidikan kenapa saya justru memilih jalan lain. Apa faktor materi yang membuat saya berfikir ulang untuk terjun di pendidikan ? bukan kah banyak cara dan jalan ? sampai saya menulis ini saya masih merenung. Informasi tentang guru honorer dan staff tata usaha honorer yang tertunggak gajinya dan gaji yang tidak sebanding dengan pekerjaan menjadi bukan rahasia umum lagi di masyarakat semakin membuat saya bingung dan belum yakin untuk terjun di dunia pendidikan.

Saya masih menggali apa yang bisa dikerjakan seorang alumni AP selain menjadi guru dan staff tata usaha di sekolah atau lembaga lain di bidang pendidikan. Saya terus menggali informasi dari senior-senior yang telah berkarier dan saya belum menemukan jawaban dari kerisauan saya.

Selanjutnya tentang membuka usaha, saya banyak belajar dari junior saya di kosan yang telah memiliki usaha buku custom. Dari ide yang menurut saya gila tapi justru itu dia modal berharga memulai usaha yaitu melihat kebutuhan orang dan membuat solusi kebutuhan tersebut diluar jalur semestinya. Yoga membuat usaha buku custom berawal dari ide bahwa dia ingin membuat orang lain senang menulis ketika melihat buku yang di desain sendiri.

Sebuah ide memang terkadang lahir secara gila bayangkan saja membuat orang senang menulis padahal menulis soal rasa dan terbiasa. Dengan usaha yang dia rintis seakan dia “memaksa” orang lain untuk senang menulis sebuah ide gila memulai usaha. Sekarang dia menikmati jerih payah nya bahwa orang sudah mengenal buku buatannya dan usaha dia terus berjalan.

Membuka usaha memang mudah dari ide kemudian mencari modal dan menghitung agar usaha berjalan namun ketika usaha sudah berjalan tentu lawan terberat bukan laku atau tidak serta suka atau tidak tapi konsisten. Konsisten menjalankan usaha dan mampu melawan rasa putus asa.

Beberapa kali saya membuka usaha dan saya gagal oleh diri saya sendiri yang tidak konsisten dalam menjalankan usaha saya. Sungguh saya ingin benar-benar berwirausaha, motivasi dari dosen saya Pak Sultoni pernah berkata saat kuliah di kelas. Sebesar apapun posisi kit ajika kerja ikut orang tetap saja kita jadi karyawan tapi sekecil apapun usaha kita yang jadi bos adalah kita. Ibarat mau jadi ekor harimau atau kepala kucing.

Melawan diri sendiri mungkin itu tagline yang tepat bagi sarjana baru seperti saya. Bahwa dunia terasa nyata setelah lulus kuliah taka da lagi leha-leha di kampus atau ngopi sampai larut malam di kedai, angkringan, atau kafe. Kerja artinya kita komitmen dan usaha artinya kita konsisten. Jika ingin lanjut studi artinya siap mengabdi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manajemen Pendidikan

MANAJEMEN PENDIDIKAN Bagus Rachmad Saputra Abstract This research aims to study the management of education in a comprehensive manner from the theory and practice include an understanding of the substance of the management of education ranging from : ( 1) Management Curriculum , ( 2) Management of Students , ( 3) Management of Teachers and Education , ( 4) Management Facility Education and Infrastructure , ( 5) Management of school and Community Relations , ( 6) Financial Management , ( 7) Office Management Education , and ( 8) Management Special Services as a source of reference in the management of schools to be more effective and efficient . Both this paper aims to provide scientific insights about the management of education or educational administration and educational management role in the management of the school as a micro unit in the national education system to support policy -based management school Keywords :

Cerita Tentang Taman Kota

                                                                      Ilustrasi/Pexels.com Di taman kota ini kita menghirup udara segar setiap pagi Tempat biasa kita meluangkan waktu berolahraga  Dari sekian wacana tentang gaya hidup sehat yang kita perbincangkan setiap hari Baru beberapa putaran, Engkau meminta untuk sejenak berhenti  Sejenak kita bertirahat di pinggir jalan taman  Dengan tubuh yang basah dengan peluh keringat  Sambil memandangi mereka yang masih berlari  dan burung merpati yang terbang kesana kemari  Rupanya hari ini, satu dari sekian wacana kita terpenuhi  Untung saja kota ini memiliki taman kota  Diantara laju pembangunan gedung-gedung tinggi yang pesat  Masih ada ruang bagi kita untuk sekedar berlari menikmati udara pagi  2018
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN KONFLIK Bagus Rachmad Saputra Mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Kota Malang Email: bagusrachmad47@gmail.com Abstrak: Peran Kepala Sekolah sebagai pemimpin di sekolah sebagai pengambil keputusan dalam pengelolaan sekolah akan dihadapkan pada kondisi dan masalah dimana Kepala Sekolah harus mengambil keputusan yang terbaik dalam rangka pengelolaan sekolah agar efektif dan efisien. Persaingan antar individu sebagai komponen yang ada di sekolah tidak dapat dihindari karena setiap individu memiliki motivasi untuk bekerja semaksimal mungkin dan menjadi yang terbaik dalam aktifitas pengelolaan sekolah. Persaingan yang terjadi dapat menimbulkan konflik yang harus disikapi secara bijak oleh Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin di sekolah. Konflik juga dapat disebabkan oleh apa yang diharapkan oleh semua elemen yang ada di sekolah tidak sesuai dengan kenyataan