Pertama Menulis, Bingung
Memulai Tapi Ketagihan
Sekedar
berbagi kisah ya teman-teman. Bukan maksud disini menjadi sombong namun ini
hanya secarik kata-kata syukur atas keberhasilan penulis melewati masa bingung
menulis. Menulis?, ah ini hanya tuntutan saat kuliah saja. Makalah, opini,
proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), dan tugas kuliah hanyalah produk
“paksaan” dalam menulis. Menghindari
nilai jelek dengan keterpaksaan mau tidak mau harus menulis hanya sekedar
memenuhi tugas tanpa membaca isi dari tulisan yang ditulis. Tugas selesai kelar
sudah beban kuliah. Itulah mindset
awal penulis ketika menulis.
Inspirasi
datang ketika penulis menonton film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk dimana
tokoh utama dari film tersebut adalah Zainuddin yang mengungkapkan perasaannya
lewat menulis. Kemudian ternyata film itu diangkat dari novel dengan judul yang
sama karya Buya Hamka. Bekal rasa penasaran menuntun penulis untuk membaca
novel tersebut dengan membeli di Pasar Buku Murah dekat kampus sebut saja
“Wilis”.
Setelah
membaca novel tersebut, penulis terhanyut dalam emosi yang dituliskan dalam
cerita novel. Penulis mencoba belajar dengan menulis sajak puisi yang menurut
penulis mudah untuk ditulis teman-teman. Didukung dengan hati yang gampang
galau akhirnya penulis sering menulis puisi yang kemudian disimpan di folder
laptop. Tapi penulis kurang produktif karena sering tidak ada mood menulis dan
bingung mau menulis apa.
Rasa
bingung itu berubah ketika penulis menulis tentang kegiatan mahasiswa dikampus
lalu dikirim ke surat kabar dan ternyata dimuat di surat kabar. Senang rasanya
bisa sedikit terkenal karena tulisan penulis dibaca hehehe. Namun justru itu
kebingungan penulis, menulis haruslah berkelanjutan tulisan yang baik adalah
ide yang ditulis dan kritikan akan membuat kita maju dibanding sanjungan yang
bisa membuat kita lupa diri. Dari masalah itulah penulis selalu menulis apa
saja entah itu apa jenisnya dan selalu mencoba ikut event menulis atau diskusi
kepenulisan terutama yang gratis hehehe.
Mencari
mentor untuk memberi masukan juga tidak mudah apalagi kalau kita jarang dikenal
dikampus. Beruntung penulis berjumpa dengan senior seperti Mas Rian, Mbak
Poppy, Mbak Wiwin, dan Mas Ishak yang sering memberi masukan pada penulis. Dari
yang acak-acakan dalam menyusun paragrap sampai tips dan trik menulis sebuah
esai penulis memperoleh masukan dari senior-senior penulis. Inti dari menulis
adalah cobalah ungkapkan apa yang kamu lihat, dengar, dan rasakan dalam sebuah
tulisan. Tulislah dulu jangan takut salah, lalu bagilah tulisan itu pada
teman-temanmu atau pada orang lain yang punya keahlian dibidang kepenulisan.
Ketika tulisan mu dibaca kamu akan tau seberapa bagus tulisanmu dan siapa yang
cocok dengan tulisanmu. Kalau hanya disimpan dilaptop akan sia-sia, teman-teman.
Kita akan jadi tidak tau potensi kita bahwa kita sebenarnya bisa menulis. Jika
kita ingin dikenang menulislah karena dari menulis kita akan abadi lewat apa
yang telah kita tulis. Singkirkan bingungmu dan mari mulai menulis dengan
belajar kita akan bisa karena disini penulis juga belajar hehehe.
Komentar
Posting Komentar