Momen
Terbaik
April
Bulan
keempat di kalender satu tahun. Di bulan itu aku dan kamu sebegitu dekat dalam
panggilan kita. Aku yang tak mencarimu dan semula sebatas kagum padamu. Kamu
juga demikian, kamu tak pernah mencariku dan aku tak tau apakah kau juga kagum
padaku. Waktu dan dimensi yang membawa alur sebuah cerita begitu cepat
mempertemukan kita.
Saat hari dimana aku ke kampus sekedar mencari
wifi dan kamu rapat dengan divisimu. Saat itu juga kamu mulai memberi pertanda
bagiku untuk berlabuh. Dimana kamu bertanya padaku aku dimana dan ternyata kita
ditempat yang tapi bukan wajah kita bertatapan melainkan punggung kita yang
saling melihat satu sama lain hingga tak sadar kita telah sedekat api pada
kayu hingga membuat api unggun yang hangat.
Lalu
kita betemu dan ngobrol bahkan sesekali kita bercanda dengan mesra hingga
tertawa tak lagi malu kita tunjukkan. Sampai adzan waktu sholat dhuhur tiba
kita menghentikan sejenak candaan kita dan akhirnya kita sholat berjamaah. Aku
sebagai imam dan kamu sebagai makmum di mushola fakultas. Sesudah sholat hatiku
begitu bahagia ada sensasi yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku hanya
bisa diam memandangimu yang waktu itu sedang melipat mukena.
Wajah
yang semakin cantik kupandangi entah itu sebuah dosa atau tidak memandangi
wanita yang bukan muhrim nya tapi sulit bagiku memalingkan pandangan waktu
melihat wajah cantikmu.
Sesudah
itu kita kembali ke teras gedung. Kemudian banyak hal yang kita bicarakan
berdua dan rasa nyaman pelan-pelan mulai mendekap ku dengan mesra. Apakah kau
merasakan itu? Apa kau sengaja membuatku untuk bersandar pada tempat yang
ternyaman?. Aku begitu nyaman. Setelah pertemuan hari itu dan diawali oleh
kunjungan ke rumah dosen dimana pertama kali aku membonceng mu dengan usman (panggilan mesra motorku) kita
terus saling berbicara meski lewat media sosial kita. Terus semakin intens
sampai kita berbicara tentang cinta. Dan aku tau bahwa kamu baru saja putus
dengan kekasih mu.
Antara
senang dan juga takut pada waktu itu. Aku takut jika akhirnya nanti hanya
harapan palsu yang aku terima setelah kamu terkena zona nyaman bersama
kekasihmu. Kembali bersamanya karena semua itu konflik sesaat. Tapi nyata nya
enggak dan aku mulai yakin untuk terus mengejar cintamu. Hingga aku salah
tingkah saat aku harus menyatakan cinta padamu. Pesan BBM ku kamu balas dengan
“tantangan” menyatakan langsung dan aku gugup. Dresscode hitam putih lengkap dengan almamater kampus dan sepatu
vantofel seperti akum au sidang skripsi rasanya.
Di
Alun-alun kota saat itu tepat adzan akhir aku pertama kali menjadi seorang
pemberani dengan menyatakan perasaan pada wanita secara langsung hal yang jamak
meski aku dua kali pacaran saat SMA semua aku nyatakan lewat pesan singkat.
Gugup dan terbungkam rasanya untuk bicara. Akhirnya aku menyatakan dengan nada
yang terbata-bata dan pembukaan yang muter
kemana-mana.
Aku
nyatakan cinta padamu. Kamu menerima cintaku diluar dugaan aku diterima oleh
wanita secantik kamu. Sempat aku berfikiran jika ditolak aku lebih baik pakai
topi kalau ketemu kamu karena aku malu. Tapi dimensi waktu menyatukan cinta
yang kita simpan dalam diam sebelumnya.
Terimakasih
padamu akan kau ajarkan padaku
bahwa
laki-laki harus berani
Kamu
bukan sekedar kekasihku tapi juga guruku
Terimakasih
dimensi waktu
Awesome data. I as of late ran over your blog and have been perusing along. I figured I would leave my first remark. Essay Writing Website. I don't realize what to state with the exception of that I have
BalasHapusdissertation Writing Service